Rabu, 07 Mei 2008

Diari Jakarta

Diari Mini Sigit Setyawan

Jakarta, 16 April 2008
Klakson berbunyi, orang-orang marah. Waktu itu aku berada di dekat Slipi Jaya. Eh, ternyata ada seorang bapak pengendara sepeda motor jatuh di depan sebuah taksi. Bapak itu membawa bawaan berat di motornya, seperti karung-karung.
Satu orang yang membantunya berdiri, yaitu seorang petugas pengatur lalu lintas (DLLAJR). Nah, mobil yang lain meraung-raung dengan suara nyaring klaksonnya berteriak, seolah bapak yang jatuh itu melakukan kejahatan.
Dasar kota besar.
Tenggang rasa sudah mati.

Jakarta, 18 April 2008
Anakku dirawat di rumah sakit karena demam berdarah Dengue. Ini untuk kedua kalinya, setelah bulan lalu dirawat karena penyakit yang sama. Waktu masuk, trombosit 144 ribu, lalu kemarin 128 ribu. Ya Tuhan, turun lagi?
Nah, ketika dokter datang, dia tanya, sekarang berapa? “50 Dok,” katanya. Saya terkejut, lemas. Untunglah ada seorang dokter junior yang sedang belajar untuk praktik (KOAS) bilang, “150 dok”. Gawat! 150 ditulis 50. Gawat dan bahaya sekali...
Akhirnya kutulis di lembar evaluasi Rumah Sakit: lain kali hati-hati....

Jakarta, 6 Mei 2008
Hujan.
Hujan?
Ya Hujan.
Di bualan Mei?
Ya.
Global warming?
Entahlah.
Waktu saya kecil, kakek saya bilang kalau April itu singkatan dari Ana udan, tapi Pral-Pril (Ada hujan tapi kadang ada kadang tidak). Jadi, Mei biasanya tidak hujan. Namun, Mei sekarang seperti November, dan Februari seperti Desember.
Parahnya lagi, di Jakarta sampah memenuhi selokan dan sungai. Itu membuat banyak sumbatan dan banjir. Kalau tidak banjir, sungai akan bau sampah nan busuk.
2 Februari lalu saya kebanjiran. Komputer saya terendam air banjir. Rupanya, itu baru permulaan penderitaan. Selanjutnya: tempat tidur harus diganti, komputer tidak lagi bisa dipakai, bau busuk dan jamur tumbuh bagai benalu di mana-mana...
Sampah. Nyampah. Sungai dan Selokan. Bukan cuma sampah domestik (rumah tangga) tapi juga sampah kata-kata. Di jalan sampai di selokan.
Banyak ruang untuk berdosa. Sedikit ruang untuk berdoa.
Tapi, kepada siapa?

Tidak ada komentar: