Kamis, 11 September 2014

Senin, 08 September 2014

Insipiring-Creative Teaching Yogyakarta

Workshop "Nyalakan Kelasmu" di PT. Kanisius, Jogja.
Jogja, 6 September 2014. Pelatihan inspiring-creative teaching di Kanisius, Yogyakarta dihadiri oleh peserta paling beragam jika dibandingkan Surakarta dan Semarang. Para peserta adalah guru, trainer, dosen, pemilik lembaga bimbel, dan mahasiswa. Ada yang jauh-jauh datang dari Malang dan Jakarta. Ada pula dari Wates yang meskipun terbilang "agak dekat", sebenarnya cukup jauh dari Kanisius.

Setelah mengikuti pelatihan ini, senada dengan para guru di kota-kota sebelumnya, D. Shinta Devi, guru SD Bopkri Gondolayu berkomentar, "Banyak sekali metode yang didapat untuk kurikulum 2013. Sangat membantu untuk lebih kreatif dalam memberikan materi." Hal itu senada dengan komentar  Nugraha D. Murti, mahasiswa Universitas Sanata Dharma , "Acara ini menambah wawasan tentang cara mengajar yang sangat berguna bagi guru."

Information Trading Paling Seru
Dari 31 metode lebih yang dipaparkan dan diuji coba, "Information Trading" agaknya menjadi metode paling disukai dan berpontensi dikembangkan. Lido De Rio yang adalah guru bimbingan belajar dan memiliki lembaga sendiri, berpendapat bahwa metode tersebut dapat diterapkan diberbagai pelajaran dan dapat dikembangkan lebih kompleks lagi.

Metode Jigsaw yang juga diterapkan agaknya membantu para guru yang mengajarkan dengan seru tentang apa itu arisan. Tak luput dari perhatian, "Learning Log" pun menjadi titik tanya para guru seperti halnya di kota Surakarta dan Semarang.

Memotivasi Guru
Kehadiran Bu Charlotte Priatna, praktisi pendidikan dan Direktur TK, SD, SMP, dan SMA Athalia Tangerang tak pelak menambah motivasi para guru. Dengan pengalamannya sebagai pemimpin insitusi sekolah dan guru "Indonesia Mengajar" yang digagas Anies Bawesdan, Bu Charllote memberikan inspirasi kepada para guru untuk terus mengajar dengan antusiasme dan inspirasi. Hal itu pun mengundang komentar Yudha Kurniawan, Sekolah Alam Indonesia, "Inspiring teachernya luar biasa. Pengenalan metode-metodenya kaya."


Namun demikian, kritikan yang muncul di Surakarta terulang, para peserta mengeluhkan terbatasnya waktu. Waktunya kurang, begitulah kira-kira kritikan mereka. Hal itu karena , sekali lagi, ini adalah workshop yang memang dipadatkan. Di sisi lain, itu berarti pula bahwa para peserta sangat asyik sampai "lupa waktu" sehingga jam 9 pagi hingga jam 5 sore dianggap kurang.

Di akhir acara Seminar dan Workshop, para peserta berpendapat bahwa tujuan training, yaitu menjadi lebih kreatif, tercapai. Anastasia Ria, guru SMPK Santa Maria 2 Malang berkomentar, "Seminar ini membuat saya semakin mengerti metode-metode pembelajaran." Ditambahkan, ia juga berpendapat bahwa sebaiknya acara semacam ini dilaksanakan lebih dari satu hari.

Penutupan rangkaian seminar dan workshop di Yogyakarta ini mendapatkan dukungan dari PT. Kanisius selaku penerbit buku "Guruku Panutanku" karya Sigit Setyawan. Sehingga, panitia dapat memberikan buku tersebut secara gratis. Di akhir acara ini, ada usulan agar acara semacam ini diselenggarakan secara kontinyu. "Harapannya dapat rutin dilakukan guna menambah wawasan dan terus meng-update metode terbaru dan kreatif," komentar Jansen, mahasiswa S2 Universitas Negeri Yogyakarta yang tak lama lagi akan membagikan pengalamannya di sekolah tempat mengajarnya di Jambi ini.
Para Peserta Berfoto Bersama di Akhir Acara