Senin, 08 Maret 2010

Puisi dalam UN: Soal Objektif yang Sangat Subjektif

Izinkan saya menginterpretasikan puisi berikut ini.

Lentera Hati
(Puisi Desi Yunita)

Bening kristal
Lentera hati
Kala deras rinai hujan
Kelabu menutup langit

Percikan laut
Selaksa peristiwa hilir mudik
Di dasar relungku
Ketika cakrawala menyentuh langit
Dalam dentingan waktu menghiba

Aku bosan
Menebar asa binasa
Dalam kejam dunia
(Diambil dari Soal UN Bahasa Indonesia SMA 2008/2009)

Puisi ditutup dengan pernyataan yang merupakan pernyataan akhir si aku dalam puisi “Aku bosan/Menebar asa binasa/Dalam kejam dunia”. Jika diparafrasekan akan berbunyi “Aku (telah) bosan (untuk) (menyebarkan keinginan) untuk (mati) dalam dunia yang kejam.” Jadi, si aku dalam puisi merasa tidak lagi ingin mati karena kejamnya dunia.

Mengapa dia “tidak jadi ingin mati”? Jawabannya ada di bait kedua dan pertama.

Di bait kedua, “Ketika cakrawala menyentuh langit” (ketika dia melihat jauh di tepi pantai, tatapannya ke arah cakrawala)/ “Dalam dentingan waktu menghiba” (ketika dia memikirkan tentang kesedihannya), dia mendengar suara deru ombak yang digambarkan pengarang sebagai “Percikan laut” yang mengingatkan dirinya tentang peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya yang sedang dipikirkannya di dalam lubuk hatinya (“Di dasar relungku”). Apakah itu membuatnya ingin mati? Tidak.

Di bait pertama, “Kala derai rinai hujan/ Kelabu menutup langit” yang jika diartikan dalam lapis makna pertama, “Saat itu sedang hujan dan langit sangat mendung”, si aku menemukan sesuatu yang sangat kontras, yaitu “Bening kristal/ Lentera hati”. Sesuatu yang kontras terlihat di sini, yaitu di tengah derai hujan turun dan langit mendung, dia seperti menemukan “pencerahan”. Jadi, “Bening kristal/ Lentera hati” itu adalah suatu pencerahan yang dialami si aku di dalam puisi yang sedang terpuruk dalam kesedihan. Si aku ini tiba-tiba merasa menemukan sesuatu yang sangat “bening” yang dapat menuntun dia ke arah lain dalam kehidupannya. Sesuatu yang bening itu adalah “Lentera hati”, yaitu sesuatu ilham yang menerangi hatinya.

Sungguh sayang, di UN SMA 2008/2009 lalu ada soal seperti ini…

No. 23
Makna lambang kata bening Kristal pada puisi tersebut adalah
A. Kekecewaan
B. Kesedihan
C. Kemarahan
D. Kebosanan
E. Kekejaman
Buat saya, bening kristal adalah sebuah kontras, sebuah penemuan, sebuah pencerahan. Jawaban A s.d. E sama sekali tidak masuk akal.

No. 24
Maksud isi puisi tersebut adalah…
A. Seseorang yang telah merasa bosan hidup di dunia.
B. Seseorang yang dendam karena berbagai persoalan dalam hidup.
C. Seseorang yang berada dalam kesedihan dan keputusasaan.
D. Kekelaman dan selaksa peristiwa yang silih berganti.
E. Suasana bosan menghadapi kelamnya dunia.

Buat saya, jawaban A s.d. E sama sekali tidak mewakili maksud maupun isi. Selain “maksud” maupun “isi” itu perkara berbeda, jawaban di atas sama sekali tidak masuk dalam intrepretasi saya.

Puisi Diobjektifkan?
Puisi ingin diukur dengan A, B, C, D, dan E? Sungguh tidak dapat dimengerti dari sisi teori pengkajian puisi manapun. Jadi, terlepas dari pro dan kontra UN diadakan atau tidak, nasib ratusan ribu bahkan jutaan siswa disandarkan pada soal yang menurut saya tidak valid sebagai sebuah soal yang objektif. Semoga di tahun-tahun mendatang, soal Objektif hanya untuk hal-hal yang objektif saja. (Sigit, alumnus Fakultas Sastra UGM)