Senin, 23 Juni 2008

Dari Indonenglish sampai ke Gaulnesia

Perjalanan ke Pondok Indah Mal membuat kami lelah. Macet luar biasa hampir di semua traffic light. Sebenarnya, kemacetan itu tidak terlalu parah jika saja orang tidak seenaknya masuk ke jalur bus way. Untunglah ada handphone, sehingga kita bisa SMS dan main game. Temanku lebih beruntung karena dia membawa laptop, sehingga bisa surfing internet. Saat itulah aku teringat kalau aku harus ke Bank BCA (BCA = Bank Central Asia).

Paragraf di atas mungkin lebih “biasa” dibandingkan dengan Bahasa Indonesia berikut ini:

Perjalanan ke Mal Pondok Indah membuat kami lelah. Kemacetan yang luar biasa terjadi hampir di semua perempatan di mana ada lampu pengatur lalu lintas. Sebenarnya, kemacetan itu tidak terlalu parah, jika orang-orang tidak seenaknya menggunakan jalur bis. Untunglah ada telepon genggam, sehingga kita bisa mengirimkan pesan singkat atau memainkan permainan di dalam telepon genggam. Temanku lebih beruntung karena dia membawa laptop, sehingga bisa menjelajahi internet. Saat itulah aku teringat kalau aku harus ke BCA.

Tidak ada yang salah dengan kedua paragraf tersebut. Dalam percakapan sehari-hari kita telah terbiasa menggunakan dan membentuk kata sesuai keinginan kita.

Bagaimana dengan paragraf berikut ini?

Jalan ke PI Mal bikin gue capek. Macetnya tuh amit-amit, di semua traffic light bok! Sebenernya sih, macetnya tuh gak bakal parah-parah amat kalo orang gak maen srobot tuh jalur busway. But lucky deh, gue ada hape, jadi gue bisa smsan dan ngegame. Sohib gue more lucky tuh, soalnya dia bawa laptop. Dia bisa internetan segala. Nah, saat itulah gue inget kalau gue musti ke BCA.

Bagi anak muda, paragraf paling enak dibaca mungkin adalah paragraf ketiga. Bahasa gaul dicampur dengan sedikit Bahasa Indonesia dan Inggris, jadilah Gaulnesia.

Berabad-abad yang lalu, bahasa Melayu telah menjadi “lingua franca” di Indonesia. Bahasa Melayu pada waktu itu tidaklah sekaya Bahasa Indonesia sekarang. Sebagai tonggaknya, setelah Sumpah Pemuda 1908, Bahasa Indonesia membentuk dirinya sebagai sebuah bahasa yang memiliki kaidah dan perkembangan pesat seperti sekarang ini. Demikian juga Bahasa Indonesia 5 sampai 10 tahun mendatang, pastilah akan lebih kaya dalam hal kosa kata dan ekspresi budaya.

Bagi pengguna Bahasa Indonesia, mungkin fenomena tiga paragraf di atas tidak terlalu dipikirkan. Pakai saja kenapa sih? Apa salahnya? Namun, bagi pengajar Bahasa Indonesia, fenomena di atas cukup memusingkan. Di sanalah awal munculnya inkonsistensi kaidah kebahasaan. Ketika siswa diminta membuat pidato dengan gaya bahasa formal, mereka akan kesulitan.

Lebih pusing lagi: pengajar Bahasa Indonesia untuk penutur asing. Nah, terbayangkah bagaimana mengajarkan bahasa yang masih terus tumbuh?

Selasa, 10 Juni 2008

Dicari: Cewek Bohai!

Survey bahasa gaul Juni 2008

“Kalo lu nyari cewek bohai, bisa-bisa lu dimarahin bonyok!”

Kalimat di atas tidak muncul di tahun 90-an, tapi hanya muncul dewasa ini. Ada beberapa kata gaul yang merupakan singkatan, misalnya bonyok (orangtua) adalah singkatan dari bokap (ayah) dan nyokap (ibu). Pemakaian kata “bonyok” rupanya lebih populer daripada “ortu”. Kata “bohai” atau juga ditulis “bohay” merupakan singkatan dari “bodi aduhai” yang menggantikan kata “seksi”.

Saya melakukan survey kepada murid saya mengenai bahasa gaul ini karena penasaran dan karena ada banyak kata yang saya tidak tahu.

Metodenya :
1. Siswa menulis secara spontan kata gaul yang mereka ketahui dalam waktu 5 menit;
2. Setiap kata gaul yang ditulis disertai juga dengan padanan kata dalam bahasa Indonesia baku menurut pemahaman mereka sendiri;
3. Jumlah responden: 63 siswa kelas 12 di IPEKA INTERNATIONAL, Jakarta Barat pada 6 Juni 2008.

Berikut ini adalah daftar kata yang muncul berdasarkan frekuensi kemunculannya (paling populer di kalangan siswa kelas 12 IPEKA INTERNATIONAL, Jakarta.

Bonyok (bokap nyokap) = orangtua, nyokap = ibu, bokap =ayah, camen (cacat mental) = aneh, gokil = gila/nekat, lu/loe = kamu, gue/gua = saya, bete = bosan, jayus = tidak lucu, cupu = payah/lugu, bohay/bohai (bodi aduhai) = seksi, boker = buang air besar, golo = gila/konyol/gigolo, gw = saya, dodol = bodoh/kurang pintar, gahar = perkasa/kuat, jomblo = tidak punya pacar, najis = jijik, nyolot = menyebalkan, bokep = porno.

Percakapan antara dua cewek:
“Lu dah punya bokin blum?”
“Boro-boro, gebetan aja gw blum ada.”
“Ada mongki tajir abis, lu mau gak?”
“Boleh tuh. Nggak nyolot kan orangnya?”
“Ngga banget. Tapi dia gokil abis.”
“Mau, mau...”

Untuk Anda yang tertarik dengan hasil survey saya, kirim e-mail ke s.setyawan@gmail.com saya berikan hasil survey lengkap dengan arti dan frekuensi kemunculannya.

Salam Gaul Bok!