Minggu, 31 Agustus 2014

Inspiring-Creative Teaching Semarang

Semarang, 30 Agustus 2014. Seminar Inspiring-Creative Teaching di kota Semarang disambut dengan sangat positif oleh seluruh peserta. "Wow... saya bisa merasakan menjadi siswa. Karena itu saya lebih memahami metode-metode sebelum diterapkan di kelas," komentar Pak Raymondus guru SMK 3 Kendal.
Workshop kali ini seluruhnya dipandu oleh Sigit Setyawan, guru dan penulis buku Guruku Panutanku dan Nyalakan Kelasmu. Kritik kurangnya waktu yang muncul di Surakarta, tidak muncul di Semarang karena waktu yang tersedia lebih banyak.
Gelak tawa dan keriangan terjadi ketika para guru mengajar guru lainnya. Fasilitator meminta para guru mengajar tentang arisan, cara menawar, mengajar bahasa Jawa Krama Inggil, dan cara menabung di Bank. Kreativitas para guru keluar begitu saja melalui jigsaw yang dilakukan menjelang "fun teaching" tersebut. Tak heran ketika fasilitator mengumumkan bahwa waktu telah menunjukkan pukul 15.00, peserta terkejut, "Saya kira masih jam satu, Pak."

Membantu Guru
Di tengah kesibukan para guru, pelatihan ini memberikan penyegaran baru. "Kegiatan hari ini sangat membantu saya dalam meningkatkan kreativitas dan motivasi saya dalam mengajar di kelas," demikian Bu Anisah dari MAN 2 Semarang berkomentar di akhir acara.
Dalam kaitannya dengan pengajaran riil di lapangan, "Bagus, menjawab kebutuhan guru dalam implementasi kurikulum 2013," komentar Bu Mulyasih Rahayu guru SMA Krista Mitra Semarang. Hal itu senada dengan komentar rekannya, Pak Carolus Tendy, "(Pelatihan ini) menambah wawasan kami tentang metodologi dan peran guru sebagai motivator dan fasilitator."

Beda Jenjang Lebih Fokus
Komentar lainnya muncul dari Bu Brigitta Putri, guru SMA Sedes Sapientiae, "Pelatihan ini membantu dan menambah wawasan saya tentang aplikasi yang asyik untuk diterapkan." Namun, ia juga mengatakan bahwa akan lebih efektif jika para guru yang berkumpul berasal dari level yang sama, misalnya seluruhnya guru SD, seluruhnya guru SMP, atau SMA. Menanggapi hal tersebut, penitia menjelaskan bahwa memang sebaiknya pelatihan dilaksanakan di sekolah masing-masing (in house training). Meskipun demikian, pelatihan ini sangat berguna bagi pemicu munculnya guru inspiratif dan kreatif di masa depan. "Pengalaman hari ini sangat menarik, memberikan metode-metode yang dapat membantu peserta didik lebih gampang mencerna," papar pak Antonius Suprapto, guru SMP Maria Mediatrix.

Lebih dari 31 Metode
Lebih dari 31 metode mengajar dipaparkan dalam pelatihan ini tak pelak membuat para guru "dibombardir" dengan berbagai informasi dan antusiasme. Para peserta pun mendapatkan apreasiasi berupa hadiah atas partisipasi aktif mereka. "Ini berdasarkan penilaian otentik, Bapak Ibu," demikian ujar Bu Ester, MC acara ketika mengumumkan peserta paling aktif dan partisipatif menggunakan instrumen penilaian partisipatif. Alhasil, tiga guru paling berkontribusi mendapatkan bingkisan menarik.
Para guru pun mendapat "PR" berupa penerapan metode-metode kreatif di kelas mereka dua minggu setelah pelatihan ini. Ada hadiah menunggu para guru yang mengirimkan foto dokumen pelaksanaan metode kreatif tersebut. Hal ini diungkapkan oleh panitia sebagai upaya agar pelatihan ini down to earth atau sungguh-sungguh dapat diterapkan di kelas dan mencerdaskan para siswa di kelas.










Seminar dan Workshop "Inspiring - Creative Teaching" di Yogyakarta akan dilaksanakan di Yogyakarta, 6 September 2014 bertempat di Penerbit Kanisius Jl Cempaka Deresan.


Peserta Inspiring-Creative Teaching Semarang


Minggu, 24 Agustus 2014

Inspiring-Creative Teaching Surakarta

 Seminar dan Workshop untuk Guru di Surakarta

Creative Teaching Practice
Surakarta, 23 Agustus 2014. Seminar perdana "Inspiring-Creative Teaching" mendapat sambutan hangat dari peserta. "Pelatihan ini memberi masukan bagi saya, bahwa ternyata metode pembelajaran yang menyenangkan itu banyak sekali dan mudah untuk dilakukan," komentar Ibu Puji Asmawati, guru SMPK 5 Surakarta.
Diawali dengan pembicara tamu yang memotivasi guru sebagai panggilan mulia, seminar "Guruku Panutanku" dilanjutkan dengan temuan penelitian tentang beberapa cara yang digunakan para guru ketika memberikan pengaruh kepada siswa. "Seminar ini memberikan semangat baru, jadi 'dopping' untuk mengajar," komentar Ibu Dwi Sri Sujarwati, guru SMPN 3 Boja Kendal yang datang jauh dari Kendal ke Surakarta untuk mengikuti seminar dan workshop ini.

Pertanyaan Menggelitik dan Menarik
Sepanjang seminar dan workshop ini banyak guru yang melontarkan pertanyaan dan komentar menggelitik yang sering merupakan pertanyaan banyak orang. "Bagaimana tindak lanjut kita jika ada siswa yang sudah berulang kali kita beri nasihat tapi tidak pernah dilaksanakan? Hanya dimasukkan telinga kanan keluar telinga kiri," tanya Ibu Rosalia Aristiati, guru SMPN 3 Boja Kendal yang datang bersama rekannya itu.
Tiga metode yang menjadi temuan penelitian dan beberapa saran kemudian dikemukakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Pak Johan Wahyudi, ketua IGI Soloraya yang ikut hadir, ikut mengomentari sekaligus menggelitik peserta dengan pertanyaan, "Bagaimana cara mengatasi supaya karakter guru tidak 'terkontaminasi'?" yang kemudian dibahas oleh Bu Luciana Lazuardi dengan analogi lingkaran pengaruh positif yang terus keluar.

Bukan hanya pertanyaan, komentar dan usulan dari Pak Andri Wibowo, guru Penjaskes SMPK 5 Surakarta tentang perlu dikembangkannya metode untuk siswa SLB perlu untuk juga dibagikan. Hal itu menjadi masukan menarik karena ada pula peserta yang bertanya tentang bagaimana metode pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. Pertanyaan dan komentar menarik itu tak pelak menambah dinamika pelatihan ini.

Waktunya Kurang
Teaching in Action
Kritik paling banyak dari pelatihan ini adalah waktu yang dirasakan kurang. Seminar dan Pelatihan dimulai jam 09.00 dan berakhir 17.00, tetapi masih dirasakan "terburu-buru".

Panitia memang "memadatkan" acara ini. Seminar dan Workhop ini sejatinya ideal dilaksanakan 2 hari di sekolah (in house training). Hal itu dengan mempertimbangkan para guru mampraktikkan berbagai metode kreatif ini di kelas mereka. Dwi Nugraheni, selaku koordinator acara menjelaskan, bahwa panitia memang memadatkannya untuk menekan biaya.



Selain soal waktu, peserta juga ada yang mengusulkan agar Acarya Edukasi Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pendidikan agar di sertifikat ada "cap" pengakuan dari pemerintah. "Memang idealnya demikian, tetapi ini kan baru pertama diadakan. Semoga ke depan dapat bekerja sama dengan pemerintah dan Ikatan Guru Indonesia Soloraya," demikian ujar panitia.

Bermanfaat
Mengajar dengan gembira
Terlepas dari kekurangan pelatihan ini yang dirasakan terlalu singkat, "inspiring-creative teaching" telah memulai debut awalnya. Seminar ini "Sangat membantu guru. Metode pembelajaran yang dibagikan bisa membuat pembelajaran di kelas lebih kreatif dan efektif," komentar Ibu Puspasari dari SMP Terang Bangsa Semarang yang datang ke Surakarta bersama tiga rekannya.

Dipandu oleh MC Ibu Ester Kurnia, guru SD Pelita Nusantara Kasih Surakarta, seminar di Surakarta ini bertambah kaya karena kehadiran Ibu Luciana Lazuardi, Counselor dari Springfield International School Jakarta yang sebelumnya berpengalaman 8 tahun sebagai kepala sekolah SMA Ipeka International Jakarta.

Seminar dan Workshop ini akan dilaksanakan 30 Agustus 2014 di hotel Amaris, Semarang. Lalu, ditutup di Yogyakarta 6 September 2014 di penerbit Kanisius Jl Cempaka, Deresan. (Sigit)


Para Peserta Berfoto Bersama Seusai Pelatihan


Berikut ini adalah beberapa foto kegiatan di hotel Pose In Surakarta, 23 Agustus 2014
Demonstrasi guru penjaskes
Knowledge sharing
Action

Action
Luciana Lazuardi, pembicara tamu di Surakarta

Sigit Setyawan memaparkan hasil penelitian tentang transfer karakter

Jumat, 15 Agustus 2014