Kamis, 08 Juli 2010

Kebenaran dalam Sepak Bola

Menyaksikan laga sepak bola melalui televisi membuka mata saya pada sebuah “kebenaran” di lapangan permainan. Sepak bola adalah sebuah “permainan manusia”, di dalamnya ada kesalahan dan ketidaksempurnaan. Sebagai contoh, pemain dalam posisi off side tidak dilihat oleh wasit, gol yang telah masuk dan memantul keluar dan wasit mengira memang itu bukan gol, keduanya adalah peristiwa yang dilihat “jelas” oleh kita yang berada di rumah.

Persoalannya adalah, kita di rumah melihat dengan mata kamera. Fakta itu diulang-ulang dalam gerak lambat dari berbagai sisi, sementara para wasit melihat dari mata mereka dalam sudut yang terbatas.

Ada wacana untuk menggunakan teknologi, sehingga keputusan wasit menjadi akurat. Namun, apa makna dari akurat itu?

Jika wasit menggunakan teknologi dan “kebenaran” yang sebenar-benarnya menjadi acuan, maka sepak bola menjadi kehilangan makna kemanusiaannya. Terlihat jelas bahwa paradigma bermain bola adalah semata-mata untuk sebuah kemenangan. Hal seperti itu adalah sebuah kemunduran bagi sepak bola karena keindahan permainan menjadi hilang.

Kemunduran itu muncul dari permainan beberapa kesebelasan yang bermain sangat pragmatis, yaitu bermain untuk menang. Hal itu mengingatkan saya pada belajar hanya untuk nilai. Saya juga teringat ada siswa yang bermain tidak untuk having fun, tetapi semata-mata untuk sebuah kompetisi. Betapa ruginya kita sebagai manusia telah gagal melihat keindahan dari sebuah kompetisi.

Itu semua membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang rapuh yang takut untuk gagal. Padahal, bukan hanya berhasil atau gagal sehingga seseorang akan diingat dalam sejarah, melainkan juga karena karakter dan bagaimana mereka melakukan semuanya dengan hati dan keindahan. (Sigit Setyawan)