Creative Teaching Practice |
Diawali dengan pembicara tamu yang memotivasi guru sebagai panggilan mulia, seminar "Guruku Panutanku" dilanjutkan dengan temuan penelitian tentang beberapa cara yang digunakan para guru ketika memberikan pengaruh kepada siswa. "Seminar ini memberikan semangat baru, jadi 'dopping' untuk mengajar," komentar Ibu Dwi Sri Sujarwati, guru SMPN 3 Boja Kendal yang datang jauh dari Kendal ke Surakarta untuk mengikuti seminar dan workshop ini.
Pertanyaan Menggelitik dan Menarik
Sepanjang seminar dan workshop ini banyak guru yang melontarkan pertanyaan dan komentar menggelitik yang sering merupakan pertanyaan banyak orang. "Bagaimana tindak lanjut kita jika ada siswa yang sudah berulang kali kita beri nasihat tapi tidak pernah dilaksanakan? Hanya dimasukkan telinga kanan keluar telinga kiri," tanya Ibu Rosalia Aristiati, guru SMPN 3 Boja Kendal yang datang bersama rekannya itu.
Tiga metode yang menjadi temuan penelitian dan beberapa saran kemudian dikemukakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pak Johan Wahyudi, ketua IGI Soloraya yang ikut hadir, ikut mengomentari sekaligus menggelitik peserta dengan pertanyaan, "Bagaimana cara mengatasi supaya karakter guru tidak 'terkontaminasi'?" yang kemudian dibahas oleh Bu Luciana Lazuardi dengan analogi lingkaran pengaruh positif yang terus keluar.
Bukan hanya pertanyaan, komentar dan usulan dari Pak Andri Wibowo, guru Penjaskes SMPK 5 Surakarta tentang perlu dikembangkannya metode untuk siswa SLB perlu untuk juga dibagikan. Hal itu menjadi masukan menarik karena ada pula peserta yang bertanya tentang bagaimana metode pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. Pertanyaan dan komentar menarik itu tak pelak menambah dinamika pelatihan ini.
Waktunya Kurang
Teaching in Action |
Panitia memang "memadatkan" acara ini. Seminar dan Workhop ini sejatinya ideal dilaksanakan 2 hari di sekolah (in house training). Hal itu dengan mempertimbangkan para guru mampraktikkan berbagai metode kreatif ini di kelas mereka. Dwi Nugraheni, selaku koordinator acara menjelaskan, bahwa panitia memang memadatkannya untuk menekan biaya.
Selain soal waktu, peserta juga ada yang mengusulkan agar Acarya Edukasi Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pendidikan agar di sertifikat ada "cap" pengakuan dari pemerintah. "Memang idealnya demikian, tetapi ini kan baru pertama diadakan. Semoga ke depan dapat bekerja sama dengan pemerintah dan Ikatan Guru Indonesia Soloraya," demikian ujar panitia.
Mengajar dengan gembira |
Dipandu oleh MC Ibu Ester Kurnia, guru SD Pelita Nusantara Kasih Surakarta, seminar di Surakarta ini bertambah kaya karena kehadiran Ibu Luciana Lazuardi, Counselor dari Springfield International School Jakarta yang sebelumnya berpengalaman 8 tahun sebagai kepala sekolah SMA Ipeka International Jakarta.
Seminar dan Workshop ini akan dilaksanakan 30 Agustus 2014 di hotel Amaris, Semarang. Lalu, ditutup di Yogyakarta 6 September 2014 di penerbit Kanisius Jl Cempaka, Deresan. (Sigit)
Para Peserta Berfoto Bersama Seusai Pelatihan |
Demonstrasi guru penjaskes |
Knowledge sharing |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar