Puisi Sigit Setyawan
Adil jika kita binasa, sebab kita tak layak hidup
sejak Adam memakan buah terlarang di taman Eden.
Tapi justru Sang Pencipta mencintai manusia yang telah melanggar
jelas-jelas perintahNya.
Jika aku adalah Dia, maka kuhapus saja. Untuk apa menciptakan sesuatu
tapi seenaknya melanggar perintah? Robot tak mau kerja dimusnahkan,
pot yang mencong dihancurkan, salah tulis dihapus.
Oh, itu bukti kalau yang diciptakan adalah: manusia.
Adil, jika manusia dimatikan saja. Tapi ternyata dicintaiNya juga.
Lalu, seorang tanpa tangan dan kaki melangkah depan kamera dan berkata,
hidup ini sungguh indah kawan, lihatlah, kita hidup!
Lalu, orang di pinggir jalan yang tadinya mengeluh karena mengorek sampah
hanya demi mengganjal perut berkata, benar juga.
Lalu, seorang remaja yang mau bunuh diri karena ditolak pujaan hati
mengurungkan niatnya.
Lalu, seorang yang sakit kanker tersenyum. Ia yang tadinya melihat kalau
hidupnya tinggal sebentar lagi, berubah melihat bahwa hidupnya ternyata
sudah lebih lama dari prediksi dokter menuju kematiannya.
Lalu, seorang yang dari kemarin iri melihat kekayaan tetangganya,
berkaca di depan cermin dan berkata,
apalah artinya, toh aku masih hidup juga.
Dikasih hati merogoh ampela,
dikasih hidup meminta kenikmatan
dikasih uang meminta korupsi
dikasih istri meminta selingkuh
dikasih kenikmatan meminta ekstasi
Lalu, ketika semua tak sesuai keinginan, yang dikasih itu
mencaci maki Penciptanya
yang seharusnya
telah membunuh ciptaan itu
sejak dahulu kala.
Awal April 2010