Puisi Sigit Setyawan
Obama menjadi presiden
Yes, we can
Sebab sesungguhnya semua manusia adalah sederajat
Yes, we can
Sebab mimpi itu dapat diwujudkan jika kita berjuang meraihnya
Yes, we can
Sebab yang pertama kali menghambat mimpi-mimpi itu adalah
Diri kita sendiri
yang mengatakan aku tidak bisa adalah diriku sendiri
yang pertama kali mengatakan aku akan gagal adalah diriku sendiri
yang tidak berbuat apa-apa untuk dunia adalah aku sendiri
yang seharusnya berbuat untuk dunia adalah aku ini
Yes, We Can
Obama jadi presiden.
(Obama Menjadi Presiden, Januari 2009)
Jumat, 30 Januari 2009
Kebenaranku
Puisi Sigit Setyawan
Seorang lelaki berseru, “Kebenaran adalah warna Jingga!”
Sebab lelaki itu seluruh tubuhnya berwana Jingga.
Tetapi ada seorang lelaki lain berwarna biru berkata,
“Akulah kebenaran karena kebenaran adalah warna biru.”
Lelaki berwarna Jingga itu menghunus pedangnya,
Matanya membara, dagingnya serentak mengeluarkan bara,
Ia berubah menjadi merah dan berkata,
“Tidak, kebenaran adalah warna Jingga.”
Lalu dibenamkannya pedang itu ke dada lelaki biru.
Lelaki biru itupun meregang nyawa, lalu berubah menjadi hitam
Lelaki berwarna jingga itu kembali berseru, “Kebenaran adalah Jingga!”
Tetapi seorang lelaki berwarna merah melintas di depannya.
“Mengapa engkau berwarna merah, padahal sudah kukatakan
bahwa kebenaran harus jingga!”
Lelaki merah itu mengatakan, “Sebab kebanaran adalah merah.”
Lelaki jingga itu berubah menjadi merah, dari tubuhnya keluar api, ia
Menghunus pedang,
“Tidak! Kamu harus menjadi jingga!”
Lalu dibenamkannya pedang itu ke dada lelaki merah itu.
Seketika itu juga lelaki merah itu berubah menjadi hitam.
Lelaki jingga yang tadi menjadi merah itupun kemudian kembali menjadi jingga,
Setelah ia menyarungkan pedangnya.
Tetapi, tanpa diketahuinya, seorang lelaki merah dan seorang lelaki biru lain
Serentak membenamkan pedangnya di punggung lelaki jingga itu
sehingga lelaki jingga meregang nyawa.
Ia pun berubah menjadi hitam.
Tiba-tiba langit tertutup.
Gelap gulita menyelimuti bumi.
Suara-suara terhenti.
Semua mata menjadi buta
Sebab tidak ada lagi cahaya.
Semua telah menjadi hitam.
Dalam hitamnya hitam, suara terdengar
KEBENARAN ADALAH AKU
BUKAN WARNAMU
Jakarta, Januari 2009
Seorang lelaki berseru, “Kebenaran adalah warna Jingga!”
Sebab lelaki itu seluruh tubuhnya berwana Jingga.
Tetapi ada seorang lelaki lain berwarna biru berkata,
“Akulah kebenaran karena kebenaran adalah warna biru.”
Lelaki berwarna Jingga itu menghunus pedangnya,
Matanya membara, dagingnya serentak mengeluarkan bara,
Ia berubah menjadi merah dan berkata,
“Tidak, kebenaran adalah warna Jingga.”
Lalu dibenamkannya pedang itu ke dada lelaki biru.
Lelaki biru itupun meregang nyawa, lalu berubah menjadi hitam
Lelaki berwarna jingga itu kembali berseru, “Kebenaran adalah Jingga!”
Tetapi seorang lelaki berwarna merah melintas di depannya.
“Mengapa engkau berwarna merah, padahal sudah kukatakan
bahwa kebenaran harus jingga!”
Lelaki merah itu mengatakan, “Sebab kebanaran adalah merah.”
Lelaki jingga itu berubah menjadi merah, dari tubuhnya keluar api, ia
Menghunus pedang,
“Tidak! Kamu harus menjadi jingga!”
Lalu dibenamkannya pedang itu ke dada lelaki merah itu.
Seketika itu juga lelaki merah itu berubah menjadi hitam.
Lelaki jingga yang tadi menjadi merah itupun kemudian kembali menjadi jingga,
Setelah ia menyarungkan pedangnya.
Tetapi, tanpa diketahuinya, seorang lelaki merah dan seorang lelaki biru lain
Serentak membenamkan pedangnya di punggung lelaki jingga itu
sehingga lelaki jingga meregang nyawa.
Ia pun berubah menjadi hitam.
Tiba-tiba langit tertutup.
Gelap gulita menyelimuti bumi.
Suara-suara terhenti.
Semua mata menjadi buta
Sebab tidak ada lagi cahaya.
Semua telah menjadi hitam.
Dalam hitamnya hitam, suara terdengar
KEBENARAN ADALAH AKU
BUKAN WARNAMU
Jakarta, Januari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)